Mad & Listen
Epilog......
Seperti
hari-hari biasanya pagiku selalu di mulai dengan suara panci yang saling
berbenturan disertai omelan yang tak memiliki pokok bahasan yang berasal dari
dapur yang volumenya bahkan mengalahkan suara adzan dari toa masjid. Aku
bangkit dari tempat tidur dan perlahan menuju kamar mandi yang notabene
melewati dapur dimana ibuku sedang mengomel. Aku berjalan perlahan tanpa
menoleh masuk kekamar mandi mencuci muka dan berwudhu kemudian kembali lagi
kekamarku untuk sholat subuh.
Setelah sholat aku hanya berdiam di kamar, karena jika aku ke dapur membantu
ibuku maka omelannya akan menjadi-jadi, mengungkit kenapa aku belum menikah,
menanyakan kenapa pekerjaanku gajinya begitu-gitu saja, bahkan menjadi semakin
parah saat aku dipecat karena pandemi yang melanda membuat perusahaan tak
mampu lagi mempertahankan semua karyawannya dan aku adalah salah satu yang
terpilih untuk dipecat karena kinerjaku yang biasa-biasa saja.
Setelah dipecat
tekanan demi tekanan yang aku dapatkan semakin meningkat, meskipun sedari aku
kecil aku sudah merasakan hal itu. Namun, tetap saja aku tidak mampu terbiasa
dan menganggap ini adalah hal yang lumrah. Aku tetap merasa sedih, kecewa,
marah dan ingin berteriak, namun semua itu tak bisa aku lakukan karena
dikeluargaku jika kamu seorang anak kamu akan selalu salah dan orang tua akan
selalu benar.
Mungkin kalian
bertanya kenapa kinerjaku biasa-biasa saja saat bekerja, itu semua karena aku
benar-benar tidak menyukai apa yang aku kerjakan. Sedari aku SMA orang tuaku
akan menentukan jurusan apa yang harus aku pilih bahkan saat memasuki
universitas mereka pulalah yang menentukan apa yang harus aku lakukan. Bisakah kalian
bayangkan seberapa banyak hal sedih, kecewa, dan marah yang aku pendam dari
kecil hingga saat ini dimana usiaku sudah 28 tahun?. Semua hal itu seakan sudah
penuh sesak dan bisa meledak kapan saja, namun aku tak ingin melampiaskan itu kepada orang tuaku
karena bagaimanapun merekalah yang telah membesarkan dan merawatku sedari
kecil.
Sering sekali
saat keadaanku yang terlalu lelah dan tak mampu berpikir jernih, aku ingin
mengakhiri hidupku namun aku bersyukur masih percaya tuhan sehingga denga cepat
aku menyadarkan diriku untuk tidak melakukan itu. Aku berusaha untuk baik-baik
saja dengan melakukan hal kecil agar pikiranku dapat teralihkan dari
masalah-masalah yang ada, seperti merubah posisi tempat tidur yang hampir setiap
hari kulakukan, karena jika tidak maka aku tidak akan bisa tidur nyenyak. Aku
bahkan mulai menamam kaktus dan merawatnya di kamarku, agar membuatku merasa sedikit lebih baik meski hanya sebentar.
Semua hal kecil
yang kulakukan sebenarnya tak bisa menghilangkan masalah yang aku hadapi. Aku tau kelak saat aku
tak mampu lagi menahan semua pasti akan datang masa dimana aku akan marah
sejadi-jadinya yang bahkan bisa melukai orang-orang disekitarku jika aku tak
mengeluarkan amarahku ini sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya aku bertemu
dengan seorang pria dari online dating yang memiliki masalah hidup yang sama
denganku, pertemuan itulah awal dari kisahku bersama Saga pria yang merubah
segala aspek didalam diriku.........
Episode 1
Hai namaku emma,
seperti biasa aku hanya berdiam diri dikamarku setiap paginya menunggu ibuku
selesai mengomel didapur. Aku mengambil HP ku dan mulai melihat-lihat youtube
agar pikiranku teralihkan dari omelan ibuku, tiba-tiba aku melihat satu
youtuber yang menikah dengan laki-laki yang ia temui dari online dating. Aku
yang belum pernah berpacaran seumur hidupku, karena apapun yang aku lakukan
harus atas persetujuan orang tuaku. Bahkan, saat aku dekat dengan seorang pria
jika mereka tidak suka, maka aku harus segera menjauhi pria tersebut dan hal
inilah yang akhirnya membuatku menyandang status jomblo tertekan sedari lahir.
Setelah selesai
menonton, aku memutuskan untuk menginstall aplikasi online dating tersebut di
HPku, toh ini hanya dunia maya, orang tuaku pasti takkan memperdulikan hal itu
pikirku. Setelah menginstall aplikasi tersebut akupun harus menyertakan nama,
umur, dan foto, untukku yang bahkan tak suka melihat diriku dicermin tentu ini
adalah hal sulit yang harus ku lakukan, namun akhirnya aku memutuskan untuk
berselfie dengan senyuman semanis mungkin. Setelah berkali-kali berfoto akhirnya
aku memilih tiga foto yang menurutku terbaik untuk dimasukan dalam aplikasi
dating tersebut. Setelah semua proses selesai, hanya hitungan detik tiba-tiba
ada satu pria yang memilihku alias swipe kanan, untuk yang menggunakan aplikasi
ini you know lah ya. Dia pria yang berwajah oriental, cukup tampan, tingginya
180 cm, usianya satu tahun lebih tua dariku, hanya itu yang tertulis di
profilnya. Karena dia adalah orang pertama yang memilihku, maka akupun dengan
cepat menyetujui yang akhirnya membuat kami Match. Dan ternyata dengan cepat
pula ia membuka percakapan, namun bukan HI atau HALLO yang dia ucapkan pertama
kali, melainkan pesan yang berisi satu paragraph penuh, yang aku
simpulkan ia menggunakan aplikasi itu untuk menemukan seseorang yang bersedia
ia marahi dan ia juga bersedia mendengarkan orang tersebut marah kepadanya. Mad
& Listen katanya, simbiosis mutualisme yang menguntungkan kedua belah
pihak, yang merasa tertekan namun tak tau cara melampiaskan amarahnya karena
lingkungan yang mengekang.
Saat aku sedang
membaca dengan seksama, muncul pesan baru darinya yang berisi jika aku tidak
bersedia maka dia mempersilahkan aku menghapus dia dari Match dan percakapanku.
Aku hanya terdiam sejenak, berpikir bahwa mengapa semudah itu aku bertemu
dengan apa yang aku butuhkan selama ini, aku juga ingin marah, ingin
berteriak, dan bisa mengungkapkan pendapatku, ketidaksetujuanku, dan
menunjukan pertahananku. Akhirnya tanpa pikir panjang aku menyetujuinya, dan
bertanya bagaimana cara kerja Mad & Listen yang ia maksudkan, kapan aku
bisa marah bagaimana cara pergantian dari pihak Mad ke Pihak Listen dan
lainnya. Dengan cepat ia membalas chattku yang berisi ia meminta id Line atau
Kakaotalk yang aku punya agar lebih mudah untuk berkomunikasi denganku katanya,
akupun mengirimkan id kakaotalkku dan percakapan kami berlanjut disana....
Bersambung..........
No comments