Before Birthday - Cerpen - Penulis Eshie Hikmha

Share:

Before Birthday 


 
Before Birthday

Aku teringat masa kecil dimana harus berjauhan dengan orang tuaku, karena konflik yang terjadi didaerahku. Suara kontak senjata antara TNI-GAM terdengar setiap hari hampir seperti suara music ost film kartun yang bahkan hanya aku dengar seminggu sekali. Teringat jelas sore itu saat kami sedang asik bermain, tiba-tiba terlihat asap hitam dikejauhan yang ternyata kampung sebelah dibakar habis termasuk sekolahku. Aku yang berdiri bersama temanku hanya bisa berkata ‘ Kita gak bisa sekolah lagi’. Setelah kejadian itu, saat sebelum ajaran baru dimulai tiba-tiba ibu memanggilku dan berkata:

Ibu : adik mau tetap sekolah engga?

Aku : masih bu...

Ibu : kalau mau tetap sekolah, gak papa ya tinggal berjauhan dari ibu, kedua kakakmu juga akan ikut kesana.

Aku : (keinginanku bersekolah sangat besar kala itu dan aku masihlah murid kelas 3 SD yang akan naik ke kelas 4). Namun dengan berat hati kukatakan ia, karena benar-benar sangat ingin sekolah saat itu.

Ibu : nanti seminggu sekali ibu akan datang menjengukmu, jadi jangan khawatir. Karena kakakmu juga ada disana, jadi merekalah yang akan mengurusmu.

(saat itu kedua kakakku, akan masuk SMP dan SMA sedangkan aku naik ke kelas 4 SD)

Aku : (mengangguk)

Jarak dari desaku menuju ke kota dimana aku akan bersekolah dan tinggal adalah 2 jam perjalanan, yang kala itu harus kami tempuh menggunakan bus dengan berkali-kali berhenti karena ada pemeriksaan di setiap kami melewati markas TNI, karena kecurigaan mereka bahwa ada anggota GAM atau apapun disembuyikan di Bus tersebut. Sungguh perjalanan yang sangat mencekam bahkan bagiku anak kecil yang seharusnya tak tau apa-apa.

Setibanya di kota kami tinggal di rumah salah satu guru Matematika ku di SD, kami menempati satu kamar untuk bertiga. Tempatnya bagus rumah dengan dua lantai dan banyak penghuni kos lainnya yang jauh lebih tua dariku karena mereka rata-rata adalah anak SMA dan akulah yang penghuni paling kecil kala itu. Ibu menemui pemilik kos kemudian mengajak kami berbelanja keperluan sekolah dan lainnya. Setelah membeli semua perlengkapan kami disana ibuku berpamitan pulang, aku hanya terdiam menatap punggung ibuku menghilang perlahan setelahnya barulah aku mulai menangis, kakakku berusaha menenangkanku namun aku hanyalah anak kecil kala itu, tidak ada cara lain yang kutau selain menangis.

Setelah tangisku hilang setelah ibuku pulang, aku perlahan masuk kedalam rumah melihat banyak orang asing yang menatapku tentu saja sebenarnya mereka adalah penghuni kos namun bagiku mereka terlihat sangat asing. Mereka semua perlahan mendekatiku dan bertanya “namanya siapa dek “, nama kakak ini dan itu.. mereka menyebutkan nama mereka satu persatu, sembari menyubit pipiku yang memang kala itu aku sangatlah gendut dengan pipiku yang gempal. Bagiku hari itu berlalu sangatlah lama, aku masih berharap ada dirumah saat itu, bisa melihat ibuku memasak dan bermain bersama teman-teman di kampungku.

Setelah hari berlalu malampun datang aku yang terbiasa tidur ditengah ibu dan ayahku kini hanya tidur bersama kedua kakakku, ditambah lagi esok hari adalah hari pertamaku bersekolah di tempat baru. Banyak hal yang aku pikirkan, selain bahasa Indonesia ku yang sangat jelek karena terbiasa menggunakan bahasa daerah aku juga khawatir apakah anak kota mau berteman denganku atau tidak. Pikiran – pikiran itu terus berputar dikepalaku hingga aku lelah dan akhirnya tertidur lelap.

Pagi itu aku dibangunkan oleh kakakku yang saat itu sama-sama repot dengan diri mereka sendiri karena memang itu adalah hari pertama sekolah bagi mereka juga. Mereka hanya meletakkan baju seragam dan sepatuku, memintaku mencuci muka dan menyikat gigi setelahnya kakak tertuaku membawakanku nasi goring untuk sarapanku pagi itu. Dia juga terlihat sibuk dan agak panik karena juga harus menyiapkan keperluannya sendiri. Aku pun sarapan dan memakai seragamku mengambil tas yang sudah berisi buku-buku dan peralatan tulisku, karena aku belum mendapatkan jadwal pelajaran jadi aku hanya membawa beberapa buku saja untuk hari itu. Sebelum berangkat ke sekolah, aku hanya terdiam saat memakai sepatuku karena aku tidak bisa mengikat tali sepatu, dan biasanya ibukulah yang mengikat tali sepatuku setiap paginya.

memanggil kakakku untuk meminta tolong mengikat tali sepatuku namun mereka juga sudah terburu-buru berangkat ke sekolah, aku hanya terdiam dan menangis namun ku usahakan untuk mengikat sepatu sebisaku meski saat berjalan aku masih menginjak talinya dan terkadang hampir terjatuh. Saat ibu kos yang juga guru sekolahku memanggilku, aku segera beranjak dan menghapus air mataku, ku hampiri dia tanpa banyak bicara kemudian dia mengajakku pergi kesekolah bersama. Tiba disekolah dia memintaku menunggu didepan kelas, sedangkan ia menuju ke ruang guru. Aku terdiam kaku karena dengan begitu banyaknya siswa aku tidak mengenal siapapun disana, aku tak tau harus melakukan apa hingga akhirnya aku menangis, saat tangisku pecah tiba-tiba seorang anak perempuan menghampiriku dengan senyum ramahnya.

Dia : kamu anak baru ya?

Aku : ia, (jawabku sambil sesengukan, menahan tangis)

Dia : aku teman sekelasmu, namaku Kenang ( dengan nada ceria)

Aku : aku ema, (kataku yang perlahan tenang dan tangisku hilang)

Dia : yuk masuk, nanti aku kenalin sama teman-teman lainnya (antusias menarikku ke kelas dan memberitahu teman lainnya disana).

Hari itu bagiku anak perempuan dengan wajah ceria ini seperti ibu beri yang datang disaat aku menangis, berkat dia hari pertama sekolahku sangat membahagiakan.

Hari – hariku di SD berlalu dengan baik dan aku sudah memiliki banyak teman, hingga pada jam pelajaran terakhir ada salah satu temanku memberi aku sebuah kertas yang bertuliskan “Undangan Ulang Tahun”, dan namaku tertulis disana. Dengan bahagianya temanku berkata datang ya ma ke ulang tahun aku nanti sore, aku yang belum terbiasa dengan hal seperti ini hanya terdiam. Karena kala itu jangankan ulang tahun, hari kelahiranku saja aku tak ingat bahkan tak tau. Aku mengetahui itu karna melihatnya di rapor sekolahku namun aku tak tau bahwa itu bisa dirayakan. Karena dikeluargaku bahkan dengan semua teman dikampungku itu tak pernah kita lakukan. Saat sedang berfikir tiba-tiba teman yang lain menghampiriku dan berkata, kamu kasih kado apa ke dia?, hah kado kataku? Ia kado, kalau aku rencana kasih buku aja nanti aku gulung terus kasih bungkus kado gitu jadi bentuknya kayak permen, (temenku menjelaskan dengan semangat). Aku yang masih bingung, hanya berkata oh ia bagus itu, aku juga kayak gitu deh. Tanpa sadar bel pulang berbunyi, aku melangkah secepat mungkin hingga tiba dirumah dan segera melihat celenganku dan mengambil uang beberapa ribu segera aku belikan buku dan bungkus kadonya melakukan apa yang temanku sarankan meski tidak rapi namun cukup mirip seperti permen.

Sore itu dengan baju seadanya hanya menggunakan kaos, celana dan topi aku melangkah menuju ke acara ulang tahun temanku yang sebenarnya tak jauh dari kosan ku, aku tiba disana musik ulang tahun terdengar beriringan dengan tawa anak kecil yang notabene adalah teman-temanku, mereka berpenampilan sangat cantik menggunakan baju princess tak kalah cantik dari yang ulang tahun, sedang teman laki-lakiku memakai kemeja anak kecil pada zaman itu juga sangat rapi dan tentu saja ibu merekalah yang menyiapkan semua itu. Diantara mereka akulah yang paling biasa bahkan sangat biasa, beberapa temanku bahkan ditemani oleh ibu mereka dan aku hanya bisa melihat pemandangan itu berharap ibuku juga disana. Namun apalah daya ibuku hanya bisa datang seminggu sekali, karena disana dia harus bekerja mencari uang untuk biaya sekolahku ditengah konflik yang melanda Aceh kala itu.

MC pun mulai menyalakan mic dan meminta anak-anak berkumpul di tengah ruangan untuk bersama-sama menyanyikan lagu ulang tahun karena acara tiup lilin akan di mulai. Dengan semangat kami berdiri, bernyanyi bersama-sama dengan riang gembira dan setelah yang berulang tahun meniup lilin kami bersama-sama bertepuk tangan dan memberikan ucapan selamat ulang tahun.

Aku benar-benar ingat bagaimana bahagianya yang sedang berulang tahun saat itu, dengan kue yang di hias begitu cantik dan kado yang banyak memenuhi meja, topi ulang tahun, lagu ulang tahun dan kemeriahan lainnya bahkan makanan enak yang dihidangkan. Untukku yang tidak pernah mengalami hal itu di hidupku, tiba-tiba terlintas harapan agar kelak aku juga bisa merasakan hal itu, dengan mencoba mengingat hari ulang tahunku, hingga memberi tahu teman-temanku namun saat masih kecil jika tidak dirayakan maka temanmu tidak akan datang dan memberimu hadiah hingga akhirnya kugunakan cara terakhir dengan meminta kepada ibuku namun seperti yang aku sudah tau tentu saja jawabannya tidak.

Berawal dari saat itu hingga detik ini, saat mendekati ulang tahunku aku akan berdoa lebih rajin dan giat berharap tuhan akan mengabulkan keinginanku untuk sekali saja merayakan ulang tahunku dengan meriah seperti teman-temanku di masa kecilku. Namun, mungkin tuhan belum mau mengabulkan itu hingga detik ini di usiaku yang menginjak 28 tahun hal itu masih saja belum terwujud, jangankan terwujud orang-orang terdekatku ingatpun tidak, mungkin ingat namun bagi mereka itu tidak penting. Dari semenjak hari itu karena aku tau betapa sedihnya saat ulang tahunmu tidak ada yang mengingat atau memberi hadiah, aku berusaha untuk memberikan kado kepada orang terdekatku setiap mereka ulang tahun. Karena aku tak mau mereka merasakan perasaan yang sama seperti yang aku rasakan. Before birthday, menjadi alasanku untuk tetap berharap setiap tahunnya bahwa mungkin kali ini akan indah, meskipun tidak terjadi, tahun selanjutnya aku akan tetap berdoa dan berharap tuhan akan kabulkan.

Tumbuh besar jauh dari orang tua, selalu hadir disaat teman-teman merayakan hari bahagianya, melihat mereka tertawa dikelilingin orang tua, sahabat dan orang terdekat lainnya, bahagia, diperhatikan, dipedulikan di anggap berharga mungkin perasaan itulah yang ingin aku rasakan, bukan tentang perayaannya tapi merasa dianggap berharga dan diutamakan serta diberi cinta dan kasih sayang. Melewati hari dengan penuh kesepian setidaknya aku berharap satu hari itu saja ada orang yang mencintaiku disisiku. Dan memberikanku pelukan hangat dan senyuman indah dari mereka. 

Hari ini tanggal 8 november 2020, tepat satu hari sebelum ulang tahunku dan aku masih berdoa esok hari akan ada kejutan tak terduga yang Allah siapkan untukku. dan meskipun ternyata tidak..... aku sudah terbiasa.

 

                                                                                                                                END

 

No comments