Bali With Eshie
Part 1 : Kapan nikah?
Hai cinggu…. Lama ya kita gak saling sapa, banyak hal terjadi di hidup aku tiga tahun terakhir. Mulai dari kehilangan seorang ayah hingga mengalami fase depresi yang mana sampai tahap ingin bunuh diri. Namun cinggu, menjelang usia 20-an ku berakhir pada november nanti, aku mengambil keputusan ternekad di hidup aku yaitu pindah ke Bali. Mencoba untuk menjalani hidup tanpa harus berfikir kelak apa yang terjadi, hanya mencoba menikmati hari-hari dengan damai, mengikuti alur yang sudah tuhan rencanakan. Dan aku ingin berbagi dengan kalian perjalanan aku menuju usia 30, pindah ke Bali dan mencoba mewujudkan impian-impianku yang hampir tiga tahun ini terlupakan, semoga cinggu menikmati perjalanan aku selama di Bali ya..
Alright…. cinggu mungkin aku ingin cerita sedikit apa yang melatarbelakangi aku memutuskan untuk pidah ke Bali, pertama Bali tetaplah Bali tempat penuh kedamaian dan impian. Kedua, seperti orang Indonesia kebanyakan apalagi “perempuan” di usiaku saat ini 29 menjelang 30 tahun di november nanti, tentu menjadi beban tersendiri di tengah gempuran pertanyaan kapan nikah, jangan pilih-pilih, perawan tua, sampai nanti susah punya anak lo atau nanti gak laku lo, mau tua sendiri sampai mati, nanti kalau tua sakit gak ada yang jaga dan banyak basa basi menyakitkan lainnya yang terlontar dari orang-orang terdekat yang membuat hidup kita yang awalnya damai menjadi penuh kekhawatiran dan keraguan.
Awalnya aku masih bisa mengabaikan basa basi tersebut dengan gurauan dan sikap bodo amat, namun semakin lama orang yang bahkan tak berkepentinganpun mulai nimbrung menjadi “pasukan paling nikah”, yang mulai mencoba menerka-nerka kenapa aku masih belum nikah.
Eh… kamu gak nikah pasti karena terlalu pemilih, gak boleh gitu lo seharusnya asal ada yang mau terima aja, ingat sebentar lagi 30 tahun, tuhan angkat tangan, jangan terlalu pilih-pilih.
Eh …. Nikah itu enak lo… ada yang nafkahin, kalau pegel ada yang pijitin, buruan nikah.
Eh … aku punya kenalan usianya di atas 30an juga lagi cari jodoh, mau aku kenalin gak?
Dan si paling-paling lainnya yang merasa bisa menjadi hero di tengah hancurnya duniamu yang damai. Semua hal itu awalnya tak terlalu mengganggu hari-hariku, namun tiba-tiba ada suatu kejadian menyedihkan yang kualami hanya karena belum menikah di usiaku yang beranjak 30 tahun ini. Begini kejadiannya…
Entah bagaimana si sebut saja pria ini “Ben”, membuat seisi kampungku gempar dengan pernyataan “jika dia punya mas 2 gram saja, dia akan menikahiku”. Seolah-olah anggapan wanita “Perawan Tua” sepertiku takkan menolak dia karena aku pasti belum menikah sebab tak “Laku”. Anggapan Ben bahwa dia bisa saja dengan mudah mendapatku hingga menyebar berita bahwa dia menyukaiku, berfikir bahwa aku akan tersentuh atau merasa bahagia dengan apa yang ia lakukan. Namun, faktanya aku bahkan tak tau dia siapa, tak pernah menyapa bahkan tersenyum saja padanya aku tak pernah. Akhirnya kuketahui bahwa dia adalah buruh tani pak RT di kampung ku, yang merantau menjadi pemetik kopi disana yang tak kuketahui kapan ia bisa melihatku dan menjadi seyakin itu bisa memilikiku.
Semakin hari tingkah lakunya semakin mengganggu, mulai dari seharian duduk di depan atau samping rumahku, menanyakan nomor telponku kepada seisi kampung, hingga bertemu ibuku berharap bisa berbicara denganku yang jelas mendapat penolakan dari ibuku dengan dalih sebenarnya aku sudah memiliki calon suami. Apakah ia menyerah… tidak, tentu tidak, dia masih meminta bapak Imam kampung untuk menjodohkan aku dengannya yang lagi-lagi mendapat penolakan. Ku kira dengan banyak penolakan itu dia akan menyerah.. tidak, tentu tidak. Dia semakin menjadi-jadi dengan mulai mengikutiku yang akhirnya membuat orang tua ku sadar bahwa ini sudah tidak normal hingga aku mulai ditemani kemanapun aku pergi. Ibuku tak pernah lagi mengijinkanku kemanapun bila adikku tak mendampingi dan ini puncak dari kesabaranku menghadapi pria tersebut. Hari yang awalnya sudah terganggu dengan basa-basi tak penting di tambah dengan teror pria yang bahkan aku tak pernah tau dia siapa, tak pernah menegurku, tak pernah berpapasan yang tiba-tiba mengikrarkan bahwa dia kan menikahiku. Kejadian-kejadian itu mulai mengusik ketenangan yang kubangun selama ini, namun aku masih belum memutuskan mengambil langkah kedepannya, hingga di suatu pagi ibuku mulai tak nyaman dengan ucapan dari tetangga tentang aku yang belum menikah dan si Ben yang menyukaiku.
Udah nikahkan saja esi dan Ben, belum tentu lo ada laki-laki lain yang mau sama anakmu, anakmu perawan tua gitu. Apalagi, yang kamu tunggu, coba tanya anakmu?
Ibuku tentu tak ingin menyakitiku dan juga ia tak ingin punya menantu seperti Ben yang notabene pemalas, serta aku yang tak akan mau dipaksa hanya karena”umur” dan gelar “Perawan Tua” di kampungku. Setelah melihat ibuku yang mulai terganggu dengan omongan tetangga tiba-tiba tercetus (apa aku merantau ke Bali aja ya mak?), yang tak kusangka di iyakan oleh ibuku. (ya udah kalau menurutmu itu terbaik, kapan rencana kamu pergi?). Mendapat restu ibu yang aku tau pasti lelah hatinya mendengar anaknya dihina hanya karena belum menikah, yang membuatku membulatkan tekad untuk mengumpulkan uang sebanyak mungkin, sebisaku untuk bisa bertahan hidup di Bali minimal 3 bulan sebelum menemukan pekerjaan disana akhirnya aku putuskan untuk berangkat di Bulan Juli, dengan harapan sebelum bulan tersebut uangnya sudah terkumpul but… lagi-lagi hidup kadang tak berjalan sesuai rencana, ternyata mencari rupiah tak segampang itu…….
Bersambung …
Semangat ya kak Hikmha,
ReplyDeleteBerbuat yang terbaik, semoga Allah melindungi dan memudahkan perjalananmu.
terimaksih ya fa... inshaAllah, aku kuat ...
ReplyDeletenext
ReplyDeletesipp.....
Deletekami mendukung apapun keputusan mu ma, yg trbaik hanya kamu yang tau, aku kenal kamu tapi Allah lebih mengenalmu, lakukan jika menurut mu terbaik🥰🤗
ReplyDeleteTerimakasih atas dukungannya, doakan aku terus ya, doakan aku semakin sukses disini.
DeleteKamu spesial hikmah, Allah punya rncna indah utkmu,,, semangat Kawan
ReplyDeleteMashaAllah,,, Alhamdulillah, inshaAllah semangat terus akunya, doakan aku terus ya
DeleteTetap semangat ya, seumuran kita belum pantaslah disebut perawan tua.
ReplyDeleteTerlalu sempit sih pemikiran orang2. Moga dimudahkan jalanmu menuju sukses di perantauan sana ya kawan.
Kita sekampus tapi mungkin tak saling mengenal tapi aku tersentuh dengan kisahmu dan udah baca sampe part 3, ditunggu part2 lanjutan nya ya.
Terus berkarya dan selalu bersyukur bagaimanapun kondisi kita sekarang 🤗 💪
Terimakasih ya atas dukungan dan doanya, doakan aku terus ya dan InshaAllah akan publish terus setiap minggunya. semoga tetap senang baca semua tulisan aku ya.
Delete