Bali With Eshie
Part 3 Aku Pergi Dulu
Tak disangka dalam 10 hari aku akan pergi merantau ke Bali, meski menjauh dari lingkungan yang membuatku merasa kecil, namun ada keluarga dan orang terdekat yang membuatku merasa nyaman disisi mereka. Wah, sulit untuk pergi jika harus berjauhan dengan orang-orang terkasih namun tetap harus kuat dan merelakan jauh dari mereka.
Aku harus rela kehilangan momen bersama keponakan-keponakanku yang sedang lucu-lucunya, tak lagi melihat tumbuh kembang mereka yang pasti akan sangat kurindukan. Belum lagi kata yang diucapkan bundaku (adik dari mama), yang mana belum juga aku pergi namun sudah menunjukan wajah sedih dan pilu karena harus jauh dariku keponakan kesayangannya.
Ah….. kucingku yang selalu membuat nyaman tidurku dengan pelukan mereka, meski kadang sesak nafas dibuatnya, mereka yang bisa menyamankan hati dari buruknya hari, sikap manja dan imutnya wajah kucingku bagaimana hariku tanpa itu semua. Aku terlalu terbiasa tidur dengan adanya mereka, entahlah… apakah disana bisa tidur senyenyak disini bila tak ditemani kucingku tersayang.
Kebun kopi dan tanaman cabeku yang panennya sedang banyak dan pemasukan yang sedang meningkat, siapa kelak yang akan mengurusnya. Wah… terlalu banyak hal baik yang harus aku tinggalkan, hanya karena belum menikah di usia 30 dianggap aib.
Hari H Keberangkatan menuju Medan.
Hari ini 15 Agustus 2022, aku akhirnya selesai packing untuk pindah ke Bali, aneh rasanya tak seperti hari biasa, berat dan berharap hari berjalan sedikit lebih lama, karena sungguh aku tak benar-benar ingin pergi.
Pukul 17.00 kami keluarga besar berangkat menuju loket bus menuju Medan, kenapa Medan ? karena penerbangan dari Medan-Bali jauh lebih murah, di perjalanan semua masih baik-baik saja, masih bisa bercanda, singgah sejenak untuk makan bersama hingga sholat magribh berjamaah di Mesjid bersama, semua masih terasa normal-normal saja. Hingga pukul 19.30, kami sudah harus menuju loket bus karena akan segera berangkat. Dan … momen ini…. Suasana sedih mulai terasa, aku yang berpamitan terlebih dahulu dengan ibuku dan seorang ibu kalian pasti tau, tangis dan pelukan erat serta doa indah yang ibu lontarkan membuat setiap anak akan ikut menangis dan merasakan kesedihan dari makna melepaskan.
Berlanjut ke Bundaku, yang sudah berlinang air mata sedari tadi, pelukan dan tangisan semakin memecah kesedihanku pada hari itu, pelukan demi pelukan selanjutnya yang membuat dadaku semakin sesak hingga membuncah pada saat abangku memeluk dan mencium keningku dengan mata merah menahan tangis melepas adik perempuan bungsunya yang dipaksa keadaan untuk pergi. Abangku yang sekarang mengambil peran sebagai pengganti ayahku semenjak Almarhum meninggal.
Berat….. seakan aku ingin berkata, aku tak ingin pergi, aku ingin bersama kalian tempat ternyaman dihidupku. Namun, kata itu tercekat tak mampu terucap dan lagi aku tetap harus pergi. Terakhir kupeluk keponakanku, mereka yang tak mengerti masih tersenyum, tertawa, berlari riang bercanda bersama.
Dan akhirnya … aku harus naik ke atas Bus diiringi tangisan keluarga besarku yang memperberat langkahku…. Oh tuhan… haruskah aku tetap pergi. Bus yang kemudian bergerak, dengan lambaian selamat tinggal mengiringi kepergianku, tangisanku masih membawa sesak yang belum mampu ku bendung hingga tiba-tiba kubaca pesan dari kakak iparku.
“selamat jalan mha, berat sebenarnya kakak ngelepas tapi ya gimana.. tapi, kalau nanti gak nyaman disana pulang ya, kami menyayangimu”
Membaca tulisan tersebut, tangisku kembali pecah, sesak.. sesak dadaku ingin menangis tersedu-sedu namun ada penumpang lain disampingku. Aku mencoba perlahan menenangkan diri agar isakku tak mengganggu.
Dengan semua hal dimasa depan, yang tak kutau apa yang kan terjadi.
Keluargaku , Aku Pergi Dulu.
Bersambung……
Note : Aku pamit ke Ayahku di Kuburannya.
“Pak, rindu pak… rindu pengen ketemu bapak, Pak baik-baik disana ya, aku berdoa semoga Allah lapangkan kuburan bapak, memberi cahaya terang dan setiap harinya Allah tunjukan gambaran surga di hadapan bapak.
Pak, aku pergi merantau ya pak, doakan aku dari sana ya pak semoga hanya akan dipertemukan dengan orang-orang baik, semoga disana aku dapat pekerjaan yang membuatku bahagia dan menghasilkan banyak uang untuk bisa mengangkat derajat keluarga kita.
Pak , sekali-kali datang ke mimpiku ya pak, saat aku jatuh dan lelah saat disana. Aku pamit ya pak. I Love You, To The moon and Back”
Bersambung
Masa depan ibarat sekumpulan tempe, tidak ada yang tahu
ReplyDeleteia.... dan ketika tempe dan tahu di campur di tambah sambalado,,,, yummy,,, enak sekali
ReplyDeleteNangis aq mah bacanya huhuhu... Semangat disana yo... Klau balik n lgi stay di medan caling2 yh
ReplyDeleteEh gk nongol rupnya nm ku dsini 😀 ni nis gultom mah...
ReplyDeleteTerimakasih sa, terimakasih atas dukungannya doakan terus aku disini ya sa, InshaAllah kalau di medan aku kabari.
ReplyDelete