Bali With Eshie - Tour De Trash Besthostel - Part 5 Berdamai Dengan Keadaan

Share:

 

Bali With Eshie

Part 5 Berdamai dengan keadaan

Tour De Trash BestHostel Indonesia

 

Part 1 Kapan nikah?

Part 2 Uang 

Part 3 Aku Pergi

Part 4 Aku Ingin Pulang 

Hari ini aku merasa selelah itu, ada rasa ingin menyerah, penat, bingung, hingga linglung. Tapi, aku tetap berusaha membuat akalku tetap waras, serta meyakinkan diri bahwa ini semua akan berjalan dengan baik, hanya cukup bersabar saja. Seharian aku hanya rebahan di kos, bahkan untuk makanpun aku tak berminat.

Berdiam menatap plafon kamarku, menghitung gelombang gorden, sesekali membuka jendela, menatap langit dan kolam renang di lantai bawah, yang hingga detik itupun aku masih tak berminat untuk berenang disana karena warna airnya, dan ada si Mermaid Man yang setiap pagi menjadi orang pertama yang berenang disana, membuatku makin tak ingin bahkan sebatas mencoba menyemplungkan kaki disanapun aku tak berminat.

Tiba-tiba aku mencari-cari HP ku yang sedari tadi entah dimana aku letakan, aku bangkit mencoba melihat di segala sudut kamar yang ternyata hanya tergeletak dibawah bantalku, sungguh sekosong itu isi kepalaku hingga letak HP saja aku lupa. Kutatap layar HP ku, kubuka instagram ku scroll, scroll dan scroll hingga aku terpaku pada postingan seseorang yang ku kenal dan kukagumi karena prestasinya, kulihat di postingan itu dia mengadakan kegiatan Tour De trash, yang di isi kepalaku oh mungkin ini kegiatan membersihkan sampah di sekitaran pantai, spontan (uhuy) di kepalaku muncul pemikiran siapa tau disana bertemu teman baru yang nanti bisa aku ajak explore Bali bersama. Daripada hanya menghitung gelombang gorden lebih baik melakukan kegiatan bermanfaat ya kan.

Kuberanikan diri untuk menghubungi nomor yang tertera disana, untuk mendaftarkan diri mengikuti kegiatan Tour De Trash tersebut. Namun setelah cukup lama menunggu aku tak mendapat balasan dari adminnya, hingga aku membranikan diri menghubungi orang yang ku kagumi itu karena memang dia penggagas dan founder dari BestHostel yang mengadakan kegiatan itu. Mas Thiyen namanya, begitu biasa orang memanggilnya dan dengan cepat dia merespon pesanku dan memberi jawaban (ya udah biar saya nanti yang daftarkan ya), yang kubalas dengan antusias, (oke mas). Aku tak berekspektasi apapun tentang kegitan itu, aku hanya berfikir minimal satu hari itu aku tak merasa lelah lagi dengan rutinitasku seperti biasa.

10 Agustus hari dimana kegiatan itu dilaksanakan, tempat pertama kita berkumpul adalah Pantai Sanur, Pantai Matahari terbit begitu orang menyebutnya. Sebelum bertemu dengan orang-orang yang mengikuti kegiatan tersebut aku agak khawatir apakah aku bisa bersosialisasi dengan baik, ketakutanku akan bertemu dengan orang banyak yang telah tertanam di tiga tahun terakhir membuatku semakin panik namun aku berusaha menenangkan diri dan berkata pada diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.

Saat dimana aku harus berperang dengan isi kepalaku akhirnya berakhir, aku bertemu dengan mereka yang juga mengikuti kegiatan Tour De Trash, yang ternyata sangat ramah dan baik kepadaku. Untuk lebih jelas apa dan bagaimana kegitan Tour De Trash kalian bisa langsung mengunjungi instagram BestHostel_id atau BestHostel.co.id. Disini aku hanya akan menceritakan bagaimana kegiatan ini merubah overthinkingku menjadi ya sudah, semua akan baik-baik saja.

Di pantai sanur saat kegiatan dibuka yang ternyata diliput juga oleh beberapa media, aku langsung bertegur sapa dengan seseorang bernama Wafi yang sejak detik itu aku langsung akrab bahkan tak berhenti berbicara seperti bertemu adik dari planet lain. Setelah acara pembukaan selesai, kegiatan selanjutnya kita menuju ke TPA Temesi dimana kita akan belajar cara mengolah sampah. Detik itu aku baru sadar “ oh gak ngutip sampah di pantai to”, yang di ikutin dengan pembagian peserta di beberapa mobil untuk menuju ke TPA Temesi. Aku dengan adik beda planetku yaitu wafi (IG : abdulahmdwafi), tentu memutuskan untuk satu mobil di ikuti oleh beberapa orang lainnya yang setelah berkenalan ku ketahui nama mereka adalah Pak Bandisa, Frans, Raja dan aku lupa satu lagi siapa namanya. Kita berenam di mobil tersebut, namun lucunya dari awal tidak ada sedikitpun rasa canggung di antara kami, semua melebur dengan sangat cepat.

Di perjalanan menuju TPA Temesi, kami hanya bercerita hal-hal yang santai saja hingga tiba dilokasi melihat pengolahan dan pemilahan sampah yang dilakukan oleh banyak sekali orang tua yang hampir didominasi oleh mereka yang berasal dari Pulau Jawa, dan yang membuatku tertampar adalah mereka hanya mendaptkan gaji 50 rupiah per KG, dan mereka bisa memilah 1 Ton sampah per-harinya yang berarti rata-rata gaji per-Hari mereka adalah 50 ribu rupiah. Ingin menangis rasanya melihat diri sendiri yang masih serba ada tapi tetap saja mengeluh, mempertanyakan apa rencana tuhan untukku sebenarnya, overthinking, merasa manusia paling gagal di muka bumi hanya karena belum menemukan pekerjaan yang cocok, dan keluhan-keluhan yang selalu kulontarkan beberapa minggu terakhir.


 

Aku dan wafi mencoba memberanikan diri untuk berbicara dengan sepasang suami istri yang sedang memilah sampah, mereka berasal dari Tegal dan memiliki 3 anak yang mereka tinggalkan di kampungnya, mereka tak bisa pulang setiap tahunnya hanya berkomunikasi via telepon dengan anak-anaknya yang sebenarnya mereka sangat rindukan. Melihat bapak itu aku teringat dengan Almarhum Ayahku, yang jika hidup pasti sudah setua itu. Ingin menangis rasanya namun kutahan, setelah selesai berbicara aku meminta berfoto dengan bapak tersebut dan memberikan sedikit uang yang setidaknya bisa mereka belikan bahan pangan di hari itu.


 

Setelah selesai kegiatan tersebut kami diajak untuk melihat situs peninggalan prasejarah yaitu Pura Gunung Kawi, diperjalanan kesana aku masih berkutat dengan pikiranku sendiri namun tiba-tiba lamunanku buyar karena pembahasan bahwa Frans salah menyebutkan PUPUK KOMPOS menjadi PUPUS KOMPOK, yang disambut gelak tawa dari seisi mobil. Di tengah tawa kita, tiba-tiba Frans diminta kembali untuk take video tentang kegiatan sebelumnya, dia dengan gugup membuka opening video yang lagi-lagi di sambut dengan gelak tawa karena dia salah menyebutkan TPA TEMESI menjadi TPA MASETI. Dan lagi-lagi kami tertawa terbahak-bahak hingga keluar air mata, sangking lucunya. Kami mencoba menenangkan diri untuk tidak tertawa hingga take videopun berhasil dilakukan. Good Job, Frans.




 

Kagiatan selanjutnya juga berjalan dengan sangat mengesankan, hingga bertemu dengan bu Jro di TPS Pejeng yang menginspirasi sekali bagaimana dia berjuang 1,5 tahun untuk menyadarkan warga di desanya agar terbiasa memilah sampah yang bisa terlihat dampak baiknya saat ini yaitu desa Pejeng bisa bebas dari masalah sampah. Ibu Jro sosok orang tua yang mampu berbaur dengan anak-anak milenial dan bisa mengajarkan kita pentingnya mengolah sampah, memilah sampah tanpa terkesan menggurui. Semua kegiatan yang berlangsung penuh dengan makna dan ilmu yang bermanfaat, hingga akhirnya kita harus berpamitan dan kegiatanpun berakhir


 

Di perjalanan pulang tiba-tiba perbincangan kita menjadi semakin deep, aku yang tiba-tiba bisa menceritakan kesedihanku kehilangan sosok ayah, penyesalan-penyesalan yang memenuhi kepala dan hatiku tentang banyak hal yang tak kulakukan saat ayahku masih hidup. Hingga keluhku tentang merasa gagal, merasa tak bermakna dan merasa sepertinya semua harap, doa dan impianku datang ke Bali tak berjalan semestinya. Tiba-tiba pak Bandisa berkata “mbak eshie, boleh bapak bicara”, boleh pak jawabku. “mbak eshie, jangan terlalu terfokus hanya dengan yang di Dangkal nya saja, lihat lebih dalam, ada banyak hal yang sebenarnya akan terjadi dihidup mbak eshie. Ada hal besar yang akan terjadi di dalam kehidupan mbak eshie, dalam waktu dekat, biasanya yang bapak katakan jarang sekali salah.”sekarang mbak eshie, jalani semua dengan penuh keyakikan, doa sama Allah, percaya dengan rencana Allah, InsaAllah dalam waktu dekat semua doa mbak eshie di kabulkan, termasuk bertemu jodohnya”. Ia ya pak, Aaaaamiiiin pak jawabku. Aku yakin kakak tahun ini nikah sih kak, timbal wafi. Aaamiin jawabku lagi, InshaAllah, semoga semua doa dan hal baik itu terjadi. Kata-kata dari mereka benar-benar menghangatkan hatiku hari itu, merubah sudut pandangku tentang hidup dan kehidupanku saat ini. Memberi makna dan cita baru tentang hari-hari yang kujalani kelak di Bali ini, terimakasih kuucapkan kepada Wafi, Frans, Pak Bandisa dan mas Thiyen, berkat kegitan Tour De Trash, akhirnya aku bisa berdamai dengan keadaan.


 

No comments