"Perawan Tua” - Berisi kisah tentang wanita-wanita hebat yang di cap “Perawan Tua”, hanya karena belum menikah di usia yang menurut norma masyarakat melebihi usia seharusnya

Share:

 

“Perawan Tua”

Berisi kisah tentang wanita-wanita hebat yang di cap “Perawan Tua”, hanya karena belum menikah di usia yang menurut norma masyarakat melebihi usia seharusnya.

 


Story 1

Kamu Hanya Sarjana, PNS juga belum jangan sok pilih-pilih deh

 

            Hai nama aku Naya, usiaku tahun kini sudah 30 tahun dan belum menikah. Seperti wanita kebanyakan yang belum menikah di usia ini, tentu saja menjadi boomerang untuk diri sendiri. Di satu sisi karena memang belum menemukan yang sesuai kriteria baik secara fisik atau pemikiran, di sisi lain keluarga yang seakan menganggap tak menikah di usia ini adalah aib mulai memberi dorongan yang bahkan berlebih dan berujung menyakitkan untuk segera menemukan pria, siapa saja yang penting mau menikahiku.

            Setiap omongan yang keluar dari mulut mereka terkadang membuat aku merasa tidak ada artinya sebagai perempuan, seperti di pandang sebelah mata yang membuatku berfikir hina banget ya belum menikah di usia 30 ini?, sampai terlontar banyak lo padahal yang nikah muda dan endingnya  bercerai dan tentu saja itu tidak boleh menjadi tolak ukurku, namun karena terus menerus di beri ucapan menyakitkan itu hingga membuat mencari alibi agar perasaanku bisa tetap baik-baik saja.

            Tiba-tiba ada seorang yang berucap padaku, karena kamu pilih-pilih kali makanya udah tua gini tapi belum nikah, jangan terlalu pilih-pilih kalau kelamaan nanti gak ada yang mau lagi. Tapi, bukannya pilih – pilih tapi emang belum ketemu yang cocok saja dan tentu itu tak mudah apalagi berkaitan dengan mencari seseorang yang kamu akan habiskan seluruh hidup mu bersamanya. Tak berhenti disitu, perkara umur ini tiba-tiba menjadi momok untuk hal lainnnya, seperti sekedar nongkrong dengan teman lawan jenis, bahkan parahnya dengan sepupu pria yang notabene masih bagian dari keluarga saja dianggapnya langsung aneh-aneh pasti ni, mereka langsung berfikiran bahawa aku adalah makhlus paling najis di muka bumi ini, padahal kalau aneh-aneh mah udah nikah dari dulu aku.

            Belum menikah di umur 30 ini tak hanya membuat orang berkata buruk dan menyakitkan, bahkan mereka memandang lebih baik hamil di luar nikah daripada sudah kepala 3 tapi masih sendiri. Seaib itukah wahai kalian-kalian yang budiman, seaib itukah belum menikah, hanya karena belum menikah. Sepertinya perjuanganku menjaga diri dari pergaulan tak baik, bertanggung jawab terhadap perilaku dan diriku sendiri. Tak pernah aneh-aneh dalam pergaulan, tetap menjunjung norma masyarakat dengan baik , tak adakah artinya itu.

            Sakitnya lagi wahai kalian yang budiman, teganya kalian berkata seburuk ini padaku “Mentang – mentang sarjana jadi suka pilih-pilih, padahal percuma sarjana kerja juga gak jelas apalagi PNS aja belum, apa yang mau di banggain toh diluar sana sarjana melimpah ruah bukan kamu aja”. CAP PEMILIH, seperti sudah melekat padaku, sampai ucapan sekasar itu terlontar.

Jika boleh memilih tentu aku juga ingin seperti orang kebanyakan, menikah pada usia yang telah masyarakat tentukan, tapi seperti mati, jodoh adalah rahasia tuhan yang tak bisa dipercepat dan diperlambat dan semoga semua orang paham konsep ini sehingga tak memaksakan dan memberi beban pada wanita seumuranku yang nota bene 30 tahun dan belum menikah. Aku hanya ingin hidup tenang dan bahagia, beban ini terlalu sulit untuk aku pikul jika kalian tak paham perasaanku didesak dan dicap aneh-aneh karena belum menikah. Jika kalian tahu, aku juga sudah berdoa, merengek pada Allah untuk segera dipertemukan dengan jodohku, tapi mungkin memang belum saatnya Allah kabulkan.

Jika kalian tau karena ucapan dan kata-kata kalian aku saat ini jatuh namun tetap berusaha bangkit dan berjuang untuk hidupku bahkan kewarasanku, aku hanya bersusia 30 tahun dan belum menikah, kenapa harus sekasar itu padaku. Aku hanya ingin baik-baik saja, ingin bahagia dan merasa nyaman dengan diriki sendiri sembari menunggu jodoh yang Allah takdirkan untuku datang kelak.

Bolehkah aku hidup tenang?

 

           

           

 

No comments