Pelukan Terakhir Untuk Istri dan Anakku - Based On True Story - oleh Eshie Hikmha

Share:

 

Pelukan Terakhir Untuk Istri dan anakku

 
ilustrasi : Miftahul Ilmi

Hai namaku Damar, aku hanyalah laki-laki biasa yang berubah menjadi pria istimewa semenjak bertemu dengan wanita terindah yang tuhan takdirkan menjadi istriku. Namanya Meyla, sosok wanita yang aku damba-dambakan dengan kriteria yang hampir 100% dalam doaku ada di sosoknya, betapa beruntungnya aku. Dan melalui cerita ini aku ingin kalian semua tau bagaimana sosok Meyla yang begitu istimewa bisa mengubah hari-hariku penuh dengan kebahagiaan.

Juni 2022 lalu saat aku dalam perjalanan pulang dari mengajar sebagai guru honorer disalah satu desa terpencil di kotaku, tiba-tiba handphoneku berbunyi tepat sebelum aku tiba di rumah, yang harus kalian tahu tempatku mengajar sebagai guru honorer masih belum ada signal HP, oleh karena itu setiap ada chatt yang masuk setelah tiba dirumahlah, aku baru akan bisa membaca dan membalasnya. Dan chatt yang masuk itu ternyata dari temanku Arga yang entah ada angin apa mengajaku bertemu disalah satu café dekat rumahku.

Arga : mar, aku di café Seladang ni, sini dong susulin aku dijamin gak nyesel deh kalu kamu kesini, aku jamin.

Damar : ada angin apa tiba-tiba ngajakin aku ketemuan, tumben banget? Curiga aku?

Arga : udah gak usah banyak tanya, di tunggu ya…

Begitulah sahabatku yang satu ini tak ada kata tidak bisa jika ia mengajakku bertemu dan entah bagaimana akupun selalu mengiyakan apapun ajakannya. Akhirnya setiba dirumah aku langsung mandi dan mengganti pakaianku yang tanpa babibu akupun segera berangkat menuju café Seladang tempat Arga sedang menungguku. Setibanya disana saat hendak kuhampiri, aku tersentak karena ternyata ada 2 orang wanita yang sedang bersamanya, seketika aku langsung kikuk dan bingung harus bagaimana karena dia tidak memberitahuku sebelumnya jika dia bersama teman wanitanya. Aku jadi salah tingkah dan spontan,,, uhuy… menundukan kepalaku karena aku tak ingin mereka melihat wajah maluku saat ini.

Arga : wihh….. Arga, datang juga ternyata, eh .. ni kenalin temenku Rara sama Meyla?

Akupun berkenalan dengan mereka berdua meski masih canggung aku berusaha membuka topik pembicaraan.

Damar : kalian udah nunggu lama? Maaf ya, soalnya Arga ngajaknya dadakan.

Arga : hahahahah…. Emang kapan aku ngajak kamu gak dadakan?

Saat ingin menanggapi ucapan Arga tiba-tiba salah seorang dari mereka bertanya?

            Meyla : oh ia, katanya Bang Damar guru ya? Btw ngajar apa bang?

            Damar : oh,, ia tapi masih honorer sih (jawabku gugup), eh nanya apalagi tadi? ( kikuk)

            Meyla : ngajar apa bang?

            Arga : astaga mar, pertanyaan sesingkat itu aja bisa lupa, grogi ya ditanya sama cewek cantik, asal kalian tau damar ini belum pernah pacaran, zaman sekarang masih ada cowok kayak dia,

            Gak rugi la kalian kalau nikah sama Damar ini, dia ini ,….. ( akupun segera menutup mulut

            Arga agar terdiam dan menjawab pertanyaan Meyla)

Damar : aku ngajar Bahasa Inggris tapi karena kekurangan guru jadinya merangkap guru mata pelajaran lain juga.

Meyla : wah, keren banget bang Damar, kata Arga abang ngajarnya di SMP yang di pelosok itu ya bg, disana beneran gak ada sinyal ya?

Damar : ia, listrik juga hanya menyala pada malam hari, kasian mereka padahal lokasinya tidak terlalu jauh dari sini namun kesenjangan yang terjadi disana lumayan memprihatinkan.

Meyla : oh ya, sepertinya kita harus gencar untuk mengingatkan pemerintah agar segera memasukan listrik yang memadai dan guru cukup ya bang. Kasihan anak-anak disana.

Setelah pembicaraan itu, kamipun saling bertukar nomor dan sering chatt dan telponan bahkan videocall-an, wanita ini sungguh berbeda dia mengerti jalan pikiranku dan tidak mempermasalahkan meski aku hanya guru honorer, ditengah pembicaaran kami sebulan setelah berkenalan tiba-tiba aku mengajukan pertanyaan padanya.

Damar : dik ( aku tak memanggilnya Meyla lagi tapi dik, karena memang aku lebih tua 3 tahun darinya).

            Dik, abang boleh ngomong serius gak sama adik?

Meyla : mau ngomong apa bang, ngomong aja?

Damar : Kalau seandainya abang ajak adik serius, kira-kira adik bersedia gak?

Meyla : hah… maksudnya bang?

Damar : Abang pengen ngelamar adik, abang ngerasa udah cocok, abang tahu kita baru kenal sebulan tapi entah kenapa abang udah yakin sama adik dan melihat usia abang sekarang, udah enggak masanya lagi abang untuk main-main. Gimana dek?

Meyla : (terdiam )

Damar : Kalau adik nolak juga gak papa dek, abang udah mempersiapkan diri kalau-kalau adik menolak, jadi jangan sungkan.

Meyla : ya udah bang, adik coba kasih tau orang tua adik dulu ya bang, besok adik kabari lagi?

Damar : baik dek, semoga kabar baik ya dek.

            Setelah pembicaraan itu kamipun menutup telepon kami masing-masing,  malam itu aku benar-benar tak bisa tidur, memikirkan kemungkinan jawaban yang akan Meyla berikan. Meski aku sudah siap di tolak tapi besar harapanku untuk menikahi Meyla, dari semua gadis yang pernah aku temui tak pernah sekalipun aku merasakan keinginan memiliki seseorang seperti yang aku rasakan pada Meyla. Malam itu aku mencoba melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah apakah benar Meyla jodohku?, setelah melaksanakan sholat entah mengapa aku merasa begitu lelah dan tertidur.

            Pagi itu aku terbangun setelah mendengar suara adzan, aku bangkit berwudhu dan sholat yang entah kenapa aku tak mengecek HP ku terlebih dahulu, setelah sholat aku segera ke dapur dimana ibuku sedang memasak dan ayahku sedang menonton di ruang TV, setelah menyapa orang tuaku, aku kembali kekamar dan melihat ada notifikasi di Hpku dan itu dari Meyla. Seketika jantungku berdetak kencang tak karuan, denga was-was aku beranikan membuka isi pesan dari Meyla dan betapa girangnya aku ketika yang kubaca adalah.

            Meyla : bang , setelah adik tanya ke bapak dan mamak kata mereka jika memang abang serius, abang bersama orangtua abang diminta untuk datang kerumah.

(ingin berteriak rasanya sangking girangnya namun aku tahan karena takut para tetangga kaget mengira sesuatu terjadi)

Aku berlari kedapur hingga ibuku kaget, tak pernah-pernahnya anak laki-laki satu-satunya ini bertingkah kegirangan di pagi buta begini.

Ibu : kenapa kamu? Kesurupan?

Damar : bu…. Ibu akan punya menantu

Ibu : pak anak bapak ini kesurupan kayaknya, pagi-pagi ngomongin mantu

Bapak ; mantu apa?

Akupun mendudukan mereka berdua dan menceritakan proses pertemuanku dengan Meyla dan keinginan keluarganya Meyla untuk kedatangan kami kesana. Ibuku yang sedari lama ingin menimang cucu, tiba-tiba kegirangan dan menghubungi keluarga besar untuk mendiskusikan waktu yang tepat untuk datang ke rumah Meyla. Dan proses selanjutnya berjalan dengan sangat cepat tanpa ada kendala apapun dan kini aku bisa mengumumkan pada dunia bahwa Meyla sah menjadi istriku, aku adalah lelaki paling beruntung didunia ini.

Rumah tangga kami berjalan dengan sangat indah, meski ada perdebatan dan pertengkaran kecil namun Meyla tak pernah meninggikan suaranya, dia tetap lemah lembut meski sangat marah sekalipun, aku juga merasa sangat dihormati sebagai suami dan setiap pulang kerja aku benar-benar ingin cepat pulang dan bertemu dengannya. Wajahnya benar-benar bisa meneduhkan segala penat yang kuhadapi saat bekerja.

Setelah sebulan menikah tiba-tiba Meyla berkata bahwa dia telat mens, aku yang mendengar itu sangat antusia dan berkata beli tespack aja dik. Abang belikan ya, apa kita langsung ke rumah sakit aja, gimana?

Meyla : gak usah bang, beli testpack aja dulu.

Ya udah abang ke apotek dulu ya, adik di rumah aja sebentar ya.

Dan hari itu kami mendapat jawaban bahwa benar Meyla hamil, betapa bersyukurnya aku secepat ini tuhan beri kepercayaan. Berkali - kali aku peluk dan kecup kening Meyla serta berterima kasih karena sudah bersedia menjadikanku suami yang kelak akan menjadi ayah dari anak kami. Semua kebahagiaan di pernikahan ini semakin bertambah setiap hari, hingga saat kehamilan Meyla ke 3 bulan dia ingin pulang ke rumah orang tuanya, karena dia sedang muntah-muntah dan merasa bahwa lebih nyaman jika berada di rumah orang tuanya. Akupun mengizinkannya dan memberitahu orangtuaku merekapun memaklumi  yang akhirnya aku dan Meyla keesokan harinya membawa semua barang-barang kami untuk pindah ke rumah orang tua Meyla. Meskipun aku akan menempuh jarak semakin jauh ke tempatku bekerja namun demi Meyla dan anaku aku rela.

Meskipun Meyla sedang hamil dia tetap bekerja karena keinginannya, dia berkata akan sangat bosan jika tidak melakukan apa-apa dan hanya berdiam diri saja dirumah. Akupun mengizinkannya asalkan dia tak terlalu capek itu saja pesanku, semua berjalan istimewa, Meyla bahagia karena dekat dengan ibunya dan diperhatikan dengan sangat ekstra olehku dan orang tuanya. Aku sangat mencintainya, semakin hari rasa cintaku kepada Meyla semakin besar dan tentu tak henti-henti kuucapkan rasa syukurku kepada tuhan karena menjadikan Meyla sebagai pendampingku.

Pagi ini entah mengapa Meyla lebih manja dari biasanya dia memintaku untuk memeluknya dan berkata “terimaksih ya bang, sudah baik kepada adik selama ini, adik cinta sama abang”. Eh, tumben ngomong cinta ke abang, biasanya adik kan paling gengsi. Dan candaan kami dipagi itu berlanjut hingga akhirnya aku berpamitan untuk pergi bekerja, karena tempat kerjaku yang jauh aku harus berangkat sepagi mungkin. Dan setiap pergi aku mengingatkan pada Meyla bahwa disana tak ada signal jadi aku tak akan bisa dihubungi. Dan seperti biasa Meyla mengangguk dan melambaikan tangan kepadaku sembari berkata hati-hati ya bang.

Hari itu aku mengajar seperti biasa dan saat bel pulang berbunyi aku bergegas pergi karena ingin cepat bertemu dengan Meyla dan anak kami yang didalam kandungannya. Di tengah jalan saat sudah ada signal tiba-tiba banyak notifikasi yang masuk namun tak ku perdulikan karena aku sedang mengendarai motor, hingga saat aku tiba di daerah rumah orang tua Meyla tiba-tiba aku melihat keramaian yang berasal dari arah rumah mertuaku, aku gugup ada apa ini tiba-tiba semua tatapan mereka mengarah kasihan padaku. Aku bingung tak mampu mencerna apa yang terjadi, hingga tiba-tiba ibu mertuaku keluar sambil berteriak….. Damarrr,,,,,, Meyla Damar,,,,, istrimu….. istrimu udah gak ada….. anak perempuanku , ya Allah…. Kenapa anak perempuanku yang duluan Kau ambil ya Allah, kenapa bukan aku. Kakiku lemah, aku tersungkur jatuh, tenagaku hilang, ada apa ini tadi pagi istriku masih sehat wal afiat, ada apa ini…. Aku lemas hampir pingsan yang alhasil di bopong kedalam rumah dimana mayat Meyla, mayat istriku yang paling aku cintai sudah terbujur kaku.

Aku berteriak, menangis menyebut nama istriku…. Meylaaaaaaa,,,,,, dik,,,,, adik kenapa dik, ya Allah,,, kenapa ya Allah,,,, dik, bangun dek,,,,, Meyla, jangan tinggalin abang dik, ,,,,,,,, aaaaaaaaahhhhhhh,,,,,,, bangun dek,,,,, Ya Allah,,,, Meylaaaaaaaaaa,,,,,, kenapa adik begini dek…. Meyla, Meyla,,,,,,,, Meyla,,,, dik,,,,,,, bangun dek, gak bisa abang tanpa adik,,,,,,,, bangun dek,,,,,,,, Meyla, tiba-tiba semua gelap…….

Aku tersadar dari pingsanku mengira semuanya mimpi tapi ternyata tidak, istriku,,, Meylaku tersayang dan anaku sudah tiada, mereka meninggalkanku sendiri. Setelah sadar aku kembali memeluk jasad Meyla dan anaku, aku menangis hanya bisa menangis. Aku marah pada tuhan kenapa dia mengambil hal yang paling berharga di hidupku. Aku hanya menangis seperti orang kehilangan jiwanya, ia jiwaku sudah lenyap bersama Meyla dan anaku. Duniaku hancur, kebahagiaanku sudah hilang, Meyla ku, kekasih hatiku secepat ini kebahagiaan yang kita rasakan. Tanpa aba-aba kamu tega pergi terlebih dahulu meninggalkanku.

Tangisku pecah dari saat memandikan, mengafani hingga menguburkan Meyla, meski banyak yang melarang menangis merintih namun suara itu terdengar samar yang kutahu hanya Meylaku,,,,, bidadariku , istriku, pujaan hatiku dan duniaku sudah pergi untuk selamanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

1 comment: